Monday, August 14, 2006

Perpupukan (19 –24 Juni 2006)

Subsidi Pupuk Minta Ditambah Rp 1,8 T (IndoPos, Selasa 20 Juni 2006) Jakarta-Departemen Pertanian mengajukan tambahan subsidi pupuk sebesar Rp 1,881 triliun dalam APBN Perubahan 2006. Usul penambahan ini melebihi separo dari pagu APBN 2006 yang sebesar Rp 3,004 triliun. Departemen Pertanian beralasan, permintaan pupuk urea meningkat pesat pada tahun ini. Volume pupuk urea yang diusulkan dalam APBNP sebanyak 778.514 ton yang dilakukan melalui subsidi gas Rp 357 miliar dan subsidi harga Rp 785 miliar. Alasan lain produksi pupuk yang ada saat ini tidak sebanding dengan permintaan yang terus meningkat pesat. Seperti yang terjadi tahun-tahun sebelumnya, pasokan gas masih menjadi hambatan utama. Lebih teknis ia menjelaskan, peningkatan permintaan pupuk ini disebabkan pemakaian pupuk di tingkat petani cenderung berlebihan. "Penyebab lainnya adalah perubahan pola tanam akibat anomali iklim. Dalam APBN 2006 disebutkan, subsidi pupuk diberikan pada beberapa produsen pupuk. Yakni PT Pupuk Sriwidjaja, PT Pupuk Kaltim, PT Petrokimia Gresik, dan PT Pupuk Kujang.
Pupuk Kujang diperkirakan tidak akan mampu bertahan. (Republika, Selasa 20 Juni 2006) Jakarta-Komisi XI DPR RI mendukung pengalihan subsidi untuk pupuk dari gas ke harga. Syaratnya nilai subsidi harga tersebut tidak berubah atau sama dengan nilai subsidi gas saat ini, yakni Rp 3 triliun. Itu akan di berlakukan tahun depan. Namun Mentan mengatakan pola subsidi yang tepat untuk pupuk adalah subsidi gas. "Karena kalau subsidi harga, nanti utang dan depresiasi produsen bisa masuk ke dalamnya," Ia mengatakan dibandingkan mengajukan pengalihan subsidi gas ke harga, dia juga mengusulkan penggunaan subsidi bunga. "Jadi mensubsidi di pembiayaan, bukan di pupuknya," Masalahnya hanya terletak pada pola penyaluran subsidi bunga tersebut.
Industri Pupuk Terancam Collapse (Republika, Senin 19 Jubi 2006) Jakarta-Sejumlah industri pupuk urea dan non urea terancam "collapse" atau bangkrut, karena rugi dan kesulitan "cash flow" akibat beban public service obligation (PSO) yang tinggi dan pasokan gas yang tidak lancar sehingga produksi tidak optimal. Kerugian konsolidasi mencapai Rp400 miliar sampai Rp500 miliar (pada 2006. Itu terjadi dengan asumsi PSO pupuk bersubsidi pada 2006 mencapai sekitar Rp1,2 triliun atau turun dari dari proyeksi semula sekitar Rp1,7 triliun. Turunnya (kerugian) terjadi karena nilai tukar yang menguat. Sedangkan penjualan komersial pupuk di sektor non pangan,diperkirakan mencapai sekitar Rp800 miliar.
Pupuk Langka, Panen tebu Menurun (Koran Tempo, Kamis 22 Juni 2006) Malang-Hasil panen tebu di Kabupaten Malang pada musim panen tahun ini menurun hingga 20% di banding sebelumnya. Penurunan itu disebabkan oelh kelangkaan pupuk yang terjadi sejak awal tahun. Pada musim tanam tahun ini sebagian besar petani hanya memanen 120 ton tebu basah dari lahan seluas 3 hektar.pada musim sebelumnya mencapai 200 ton dari luas yang sama. Dampaknya pendapatan petani menurun dari 34 juta menjadi 23,4 juta. Penurunan ini disebabkan sulitnya mendapatkan pupuk, terutama pupuk urea. Saat ini harga pupuk urea di malang sekitar Rp 140 ribu per kuintal padahal harga eceran tertinggi dari pemerintah hanya Rp. 105 ribu dan Rp 95 ribu untuk ZA.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home